OIFA Tea Ceremony
Penulis Jennifer Jaenata
Dalam budaya Jepang, upacara minum teh adalah salah satu cara yang lazim digunakan untuk menyambut tamu. Tradisi yang diwariskan turun-temurun sejak zaman Edo ini juga biasa diadakan untuk memperingati hari besar dalam kalender Jepang maupun untuk mengakrabkan diri dengan orang-orang baru. Oleh karena itu, dalam rangka menyambut tahun baru 2018 dan menjalin keakraban antar pengurus baru APUINA dan pihak Oita Indonesia Friendship Association (OIFA), pada hari Minggu, 7 Januari 2018 kemarin, berberapa perwakilan dari APUINA berkesempatan untuk bertemu dengan ketua OIFA, Yamashita-san dan beberapa guru dari Sekolah Bahasa Jepang di OITA untuk melakukan upacara minum teh. Kesempatan untuk mengikuti upacara minum teh bersama ini bukanlah hal yang sepele, karena undangan untuk minum teh bisa dianggap sebagai prestise tersendiri di dalam budaya Jepang. Pelaksanaan upacara minum teh sendiri tidak bisa dilakukan secara sembarangan karena dibutuhkan persiapan yang matang dari penyelenggaranya dan dari tamu yang diundang. Para peserta upacara uminum teh pun harus mempelajari tata krama, kebiasaan, serta etiket menyediakan, dan meminum teh yang cukup rumit.

Prosesi minum teh yang biasa dikenal sebagai chatō (茶の湯) biasanya diawali dengan persiapan di ruangan minum teh yang disebut chashitsu. Tuan rumah yang mengadakan upacara ini harus memperhatikan setiap detail yang ada di chashitsu. Mulai dari lukisan dinding (kakejiku) yang ada, hiasan bunga atau chabana, dan mangkuk keramik yang akan digunakan. Semua detail yang ada harus disesuaikan dengan musim saat upacara minum teh berlangsung dan status tamu yang diundang. Pada saat upacara dimulai pun, teh tak hanya dibuat dan diminum, namun terdapat berberapa tata cara yang harus digunakan saat membuat teh dan meminum teh yang mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah dan tamu yang diundangnya. Umumnya, yang dihidangkan dalam upacara minum teh adalah teh bubuk matcha atau sencha yang terbuat dari teh hijau yang digiling halus, serta makanan ringan yang biasanya memiliki rasa yang manis dan legit. Lagi-lagi, teh dan makanan ringan yang disajikan harus disesuaikan dengan bahan yang tersedia dalam musim pelaksanaan upacara minum teh.
Sesudah minuman dan makanan disajikan, adapun para tamu harus memperhatikan urutan minum dan makannya. Tamu prioritas harus meminum teh dan memakan sajian terlebih dahulu, kemudian tamu yang lain mengikuti. Setelah itu, percakapan baru dapat dimulai. Dikarenakan prosesi yang sangat detail, para pengurus baru APUINA yang ikut diundang pun telah mempelajari dan menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Persiapan yang dilakukan oleh pihak eksternal dan tim inti pengurus APUINA tersebut pun berbuah manis karena upacara minum teh yang dilaksanakan di penghujung minggu lalu tersebut berjalan dengan lancar dan dinikmati semua pesertanya. Selanjutnya kami berharap bahwa pihak APUINA dan pihak OIFA dapat terus menjaga hubungan silaturahim ini, serta dapat berbagi pendapat dan ide untuk membangun kedua organisasi dari perbincangan dengan segelas teh yang penuh arti.
