top of page

Korea Sebagai Tujuan Akademik

Penulis Muhamad Agung Gazalba Marpaung |  Editor ​Maria Imaculata Wintang Taraswati


K-Pop, drama, dan Samyang adalah kata-kata yang mencuat di benak seseorang ketika Korea Selatan menjadi topik diskusi dalam sebuah pembicaraan. Namun, masyarakat rupanya mulai lupa akan esensi Korea Selatan sebagai negara maju dengan sistem pendidikan yang tinggi dan disiplin hidup yang tidak kalah jauh dari Jepang. Masyarakat mulai mengasosiasikan Negeri Ginseng tersebut hanya dengan individu-individu yang menarik mata dan sumber hiburan melimpah.


Birgitta Riani

​Birgitta Riani, adalah salah satu mahisiswi jurusan APS tahun ketiga APU INA angkatan 32 yang tetarik untuk melakukan pertukaran pelajar di Korea Selatan. Gadis yang akrab dipanggil Ria ini dimulai pada bulan Februari, 2017 sudah melaksanakan student exchange ke Korea Selatan selama 1 semester dan summer school selama 2 bulan lamanya. Summer school ini sendiri diisi dengan berbagai aktivitas seperti les menari, dan sebagai volunteer pengajar Bahasa Inggris bagi warga Korea Utara yang melarikan diri ke Korea Selatan.

​Termotivasi dari kemampuan berbahasa Korea nya dan keinginannya untuk menempuh pendidikan disana, ia pun menjadikan Korean University, salah satu dari tiga universitas terbaik di Korea sebagai tujuannya. “Lokasinya jauh dari keramaian, jadi bisa lebih fokus untuk belajar,” ujar Ria.


Kuliah di Korea Selatan sendiri tidak terlepas dari tantangan-tantangan yang ada. Tantangan yang langsung dirasakan adalah susahnya mengurus etiap aspek kehidupan di Korea Selatan seorang diri. Untuk mengatasi masalah tersebut, ia pun ikut bersosialisasi dengan anggota bible study-nya dan teman-temannya di Gereja. Selain tantangan secara sosial, Ria juga menghadapi tantangan dalam menyesuaikan suasana belajar di kampus tersebut. Perpustakaan kampus selalu terbuka 24 jam dan jika musim ujian tiba semua mahasiswa akan bersaing untuk mereservasi tempat di perpustakaan tersebut.

Namun, selain tantangan dan suasana belajar yang berbeda, Ria juga mendapatkan pelajaran serta kenangan yang berharga. Mulai dari berkumpul bersama teman-teman bible study-nya, melakukan retret dan doa bersama, hingga pada hari terakhir ia diberi penghargaan karena dapat mengikuti pelajaran dengan baik walaupun sebagai orang asing. Hal-hal tersebut ​tentunya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi gadis yang ingin melanjutkan S2 setelah lulus nanti ini.


​“Exchange secepatnya, karena 4 tahun kuliah bukanlah waktu yang lama. Tentunya harus survey dulu terhadap Negara yang dituju dan harus disesuaikan dengan minat masing-masing juga.” saran Ria. Pada akhirnya, student exchange tidaklah mengerikan seperti yang tertanam dipikiran banyak orang. Pada akhirnya zaman globalisasi akan menuntut kita untuk keluar dari zona nyaman dan berkelana ketempat-tempat yang tidak pernah dikunjungi sebelumnya. Jadi jika bisa dimulai sedini mungkin, kenapa tidak?



46 views0 comments
bottom of page