top of page

Berbincang dengan Bapak M.Abas Ridwan, Deputy Chief Of Mission KBRI Jepang

Penulis: Siti Zulfa Azzahra Foto: ​Izza Hafiz dan Andra Khalifa

Pada 13 July 2018, APUINA kedatangan Bapak M. Abas Ridwan dari KBRI Jepang untuk menonton Grandshow Indonesian Week 2018. Dalam kesempatan ini kami berbincang tentang hubungan Indonesia dan Jepang, mahasiswa Indonesia di Jepang dan harapan Pak Ridwan untuk pelajar Indonesia kedepannya.

1. Apa pendapat Bapak tentang APU? Environment-nya untuk belajar sangat kondusif, apalagi ini bukan hanya universitas Jepang tapi juga internasional dan multikultural di sini, bisa berinteraksi satu sama lain. Saling berbeda dan mengerti masing-masing budaya bisa menghasilkan environment yang bagus.

2. Bagaimana menurut Bapak tentang acara promosi kebudayaan di luar negeri, seperti Indonesian Week ini? Bagus sekali dalam mempromosikan kebudayaan dan kebhinekaan Indonesia. Kita memiliki banyak budaya, bahasa, dan kebiasaan yang beragam dari Aceh hingga Papua. Acara seperti inilah yang diharapkan semua pihak. Diplomasi budaya bisa dilakukan oleh semua stakeholder; mau dari pelajar, pekerja, masyarakat, pengusaha, semua level bisa. Untuk memperlihatkan betapa ragamnya budaya Indonesia dan kita hidup dalam kerukunan, menghormati satu sama lain.

3. Bagaimana kerja sama Jepang-Indonesia dalam bidang pendidikan ke depannya? Data dari Kantor Imigrasi Jepang menyatakan bahwa ada sekitar 5600 pelajar Indonesia yang berada di Jepang. Universitas yang memberi program-program dalam bahasa Inggris tentu akan sangat mengundang banyak orang Indonesia. Ini hal yang sangat bagus, karena generasi muda kita akan banyak yang menuntut ilmu di bidang teknologi, manajemen, ilmu sosial, dan sebagainya. Setelah belajar di sini, diharapkan untuk kembali membangun negara. Generasi muda kita adalah the future of our country. The future of Indonesia ada di tangan mereka. Generasi tua tinggal melihat hasil yang terbaik, Indonesia akan lebih baik dari masa ke masa. Nggak usah deg-degan, hadapi saja. Kita harus terus bergiat untuk keep up our knowledge and skill, karena dengan itu pasti bakal berguna.

4. Adakah kendala yang signifikan dalam kerja sama tersebut? Sejauh ini tidak ada kendala yang signifikan, itu tergantung masing-masing pelajar yang harus menyesuaikan dengan environment dan bahasa baru. Meskipun teman-teman di sini belajar dengan memakai bahasa Inggris, tapi di luar kampus kan harus berbahasa Jepang. Alhamdulillah saya dengar tetap harus mengikuti mata kuliah bahasa Jepang. Menurut saya, hal ini sangat value-added. Kalau belajar bahasa Jepang di Indonesia, selesai belajar di kelas, begitu keluar langsung lupa, karena lingkungannya memakai bahasa Indonesia. Kalau di sini, keluar ke masyarakat, tetap harus memakai bahasa Jepang. Pergunakan kesempatan belajar itu, selain menuntut ilmu, kembangkan kemampuan bahasa Jepangnya.

5. Bagaimana keberadaan pelajar Indonesia di Jepang mempengaruhi hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang? Hubungan diplomatik antara Indonesia-Jepang kan tidak hanya dalam bidang ekopol, tapi juga pendidikan. Dengan banyaknya orang Indonesia belajar di sini, mudah-mudahan akan terjadi transfer of technology, knowledge, and many things. Disiplin serta etos kerja, dan sebagainya. Itu signifikan sekali terhadap hubungan diplomatik. Zaman dahulu, mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri bisa membawa nilai-nilai baru yang bisa diterapkan di Indonesia. Itu sangat berpengaruh dalam peningkatan hubungan antara Indonesia dan Jepang.

6. Bagaimana cara mahasiswa Indonesia di Jepang tetap bisa berkontribusi ke tanah air? Banyak sekali caranya, apalagi sekarang era teknologi informasi. Salah satu caranya bisa dengan menulis, misalnya menulis tentang kegiatan dan kebudayaan sehari-hari, seperti bagaimana orang Jepang menjaga kebersihan, kedisiplinan, dan tepat waktu. Apalagi saya lihat generasi muda sekarang sudah canggih dalam menulis. Nggak perlu pakai bahasa berat, pakai saja bahasa sehari-hari, yang gaul gitu, tapi kena sasarannya. Di Indonesia juga kan sekarang mudah untuk menerbitkan buku. Pengalaman hidup teman-teman di sini kalau ditulis dan diterbitkan mungkin bisa laku tuh. Teman saya di Fukuoka menulis tentang bagaimana cara mendapatkan beasiswa ke Jepang, dan bukunya laku. Menulis kritikan yang membangun juga boleh, asalkan bukan yang bikin heboh.

7. Bagaimana pendapat Bapak akan Grandshow Indonesian Week? Keren abis! Beneran, saya impressed sekali. Saya nggak menyangka anak-anak mahasiswa bisa bikin yang seperti ini; alur cerita di-combine dengan tarian dan lagu. Excellent, subarashii. Selain itu, hal yang bikin saya kagum adalah yang bermain di pementasan ini tidak hanya orang Indonesia, tapi juga orang non-Indonesia. Jadinya mereka tidak hanya menonton dan menikmati budaya Indonesia, namun juga mengalaminya.

8. Apa harapan Bapak untuk pelajar Indonesia yang ada di Jepang? Tekuni bidang ilmu yang sedang dipelajari. Ambil hal-hal yang positif dari Jepang, dan kontribusikan ke Indonesia. Kalo di-keep aja, ilmunya tidak diamalkan, ya sayang sekali kan. Mudah-mudahan ilmu yang dimanfaatkan juga bisa menjadi ladang amal ibadah.



18 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page